Jumat, 05 Juni 2015

.: TEKNOLOGI BIOREMIDIASI UNTUK PENGOLAHAN POPs :.

Berdasarkan terminology, bioremediasi berasal dari dua kata yaitu Bio (hidup) dan remediation (kembali) yang artinya pengembalian daerah atau lokasi yang terkena atau terpapar limbah kimia dengan bantuan makhluk hidup atau sebagian ada yang menyatakan dengan menyelesaikan masalah. Bioremediasi mengacu pada segala proses yang menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba tersebut untuk membersihkan atau menetralkan bahan-bahan kimia dan limbah secara aman dan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah lingkungan. Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi atau "remediate" yang. Secara umum bioremediasi dimaksudkan sebagai penggunaan mikroba untuk menyelesaikan masalah-masalah lingkungan atau untuk menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dari tanah, lumpur, air tanah atau air permukaan sehingga lingkungan tersebut kembali bersih dan alamiah.

Metode bioremediasi bersifat organik dan terbukti aman dan juga efektif untuk membersihkan tanah atau wilayah perairan yang terpapar oleh limbah pertambangan atau industri seperti minyak mentah, dalam kaitannya dengan proses eksplorasi dan produksi migas. Selain digunakan untuk proses eksplorasi minyak bumi dan gas, bioremediasi telah digunakan di berbagai aplikasi industri – industri lainnya, misalnya untuk membersihkan minyak baik di dalam dan sekitar pabrik-pabrik amunisi militer, lokasi pertambangan, fasilitas petrokimia, tangki penyimpanan bawah tanah, rel kereta, dan kapal laut dan lain – lain.

Mikroba yang hidup di tanah dan air tanah memakan senyawa hidrokarbon atau minyak mentah. Setelah senyawa minyak dimakan, proses pencernaan pada mikroba tersebut secara alami mengubah senyawa minyak menjadi air dan gas yang tidak berbahaya dan aman bagi lingkungan. Proses bioremediasi mengembalikan tanah ke bentuk asalnya, sehingga aman untuk digunakan di berbagai jenis lingkungan baik untuk kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan lain – lain.
Bioremediasi sepenuhnya menggunakan mikroba yang secara alami dan dapat hidup di tanah. Mikroba tersebut tidak membahayakan lingkungan. Mikroba diberi nutrisi berupa pupuk yang lazim digunakan di taman dan lahan kebun agar tumbuh dan bekerja secara efektif sehingga bisa mempercepat proses remediasi dan juga tidak ada tambahan bahan kimia berbahaya selama proses bioremediasi. Bioremediasi sudah di uji dengan Standar Pengujian Tanah (SPT) dengan menggunakan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) yakni persentase kandungan minyak mentah pada tanah yang terpapar untuk menentukan tingkat aman bagi lingkungan.


Kamis, 04 Juni 2015

Spesies Cicak di Hutan Natuna

Ditemukan Empat Spesies Baru Cicak Hutan di Natuna

No Image
Cicak batu Cnemaspis mumpuniae (Dok. Awal Riyanto-LIPI)
Cicak bukan sembarang cicak. Sebanyak empat jenis cicak hutan dan batu yang ditemukan oleh peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Pulau Natuna ternyata adalah empat cicak spesies baru.

Adalah Awal Riyanto, peneliti ahli herpetofauna dari LIPI yang berhasil mengidentifikasi keempat spesies baru tersebut. Keempat spesies baru itu adalah: Cyrtodactylus hikidai, Cyrtodactylus rosichonariefi, Cnemaspis mumpiniae dan Cnemaspis sundainsula.

Awal mengatakan, penemuan itu diawali undangan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemerintah Kabupaten Natuna pada 2011. LIPI kemudian menerjunkan tim fauna untuk melakukan inventarisasi di Pulau Bunguran. Dua tahun kemudian, atas undangan Badan Lingkungan Hidup Daerah Pemerintah Kabupaten Natuna, penelitian dilanjutkan ke Pulau Tiga dan Sedanau.

Marga Cyrtodactylus lebih dikenal dengan nama Cicak Berjari Membusur. Adapun marga Cnemaspis adalah Cicak Batu Berpupil Vertikal. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal spesies baru Zootaxa. Awal sendiri sedang merampungkan buku mengenai herpetofauna di Kepulauan Natuna yang diharapkan bisa terbit di Edition Chimaria.

Awal mengatakan kepulauan Natuna adalah gugusan kepulauan terluar Indonesia. Kepulauan yang merupakan wilayah Provinsi Kepulauan Riau ini berada di Laut China Selatan. “Secara biogeografis, Natuna menjadi stepping stone bagi pergerakan fauna antara Semenanjung Malaysia dan Kalimantan (Borneo),” kata Awal kepada CNN Indonesia, Minggu (31/5).


y
g
o
l
o
i
B
o
t
e
m
o
c
l
e
W